KABUL - Perancis menarik pasukan tempur terakhirnya dari Afganistan, Sabtu (15/12/2012), dua tahun sebelum negara-negara sekutu dalam misi NATO yang berkekuatan lebih dari 100.000 tentara yang
dipimpin Amerika Serikat dijadwalkan akan menarik pasukan mereka.
Sekitar 200 tentara dari resimen Infantri Belfort ke-25, bertanggung jawab mengawasi penarikan pasukan Perancis dari perang 11 tahun itu, tinggal landas sekitar pukul 14.30 waktu setempat (17.00 WIB), kata seorang pejabat bandara kepada AFP.
Mereka diperkirakan akan pulang ke Perancis 18 Desember setelah tiga hari berada di Pulau Siprus.
Keberangkatan mereka berarti Perancis masih memiliki sekitar 1.500 yang digelar di Afganistan, sebagian besar di Kabul. Mereka menurut rencana akan tinggal di negara itu sampai tahun 2013 untuk mengurus pemulangan peralatan dan melatih tentara Afganistan yang akan mengambil alih tanggung jawab keamanan.
Setelah itu, hanya beberapa ratus tentara Perancis yang terlibat dalam kerja sama atau misi pelatihan akan tetap berada di negara itu.
Pada puncak keterlibatannya, Perancis memiliki 4.000 tentara di Afganistan yang merupakan kontingen militer terbesar kelima dalam Pasukan Bantuan Keamaan Internasional (ISAF), di bawah Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Italia.
Perancis bergabung dengan koalisi NATO pada akhir tahun 2001 untuk membantu pemerintah baru menghadapi satu pemberontakan, yang dimulai setelah invasi pimpinan AS yang menggulingkan pemerintah Taliban awal tahun itu karena memberikan perlidungan kepada Osama bin Laden dan jaringan Al Qaieda, setelah Serangan 11 September 2001 di New York dan Washington.
Pada tahun 2007, Perancis memasuki provinsi strategis Kapisa, yang terletak di rute transit dari Kabul ke Pakistan, setelah Presiden Nicolas Sarkozy menyetujui satu permintaan AS untuk meningkatkan perang terhadap Taliban. Setelah itu terjadi satu perang berdarah yang meningkat terhadap gerilyawan dan kelompok-kelompok bersenjata.
Setelah serangan-serangan,terutama Januari ketika seorang tentara Afganistan menembak mati lima tentara Perancis, Sarkozy mengumumkan misi tempur di Kapisa dan distrik Surobi akan diakhiri tahun 2013.
Penggantinya, Francois Hollande mempercepat rencana itu menjadi akhir tahun 2012, semula untuk mendapat kecaman dari para pejabat AS, dan pasukan tempur terakhir Perancis meningalkan Kapisa dan kembali ke Kabul pada 20 November.
Serangan dalam kalangan pasukan sekutu meningkat tahun ini, dengan 61 tentara NATO dibunuh oleh personil pasukan keamanan Afganistan, yang meningkatkan saling tidak percya dalam perang melawan Taliban.
Serangan-serangan itu menyebabkan imbauan-imbauan di negara-negara Barat lainnya untuk mempercepat penarikan pasukan. Tetapi NATO menegaskan pihaknya akan tetap melaksanakan program yang telah disepakati bagi penarikan seluruh pasukan tempur pada akhir tahun 2014.
Para komandan Perancis dan Afganistan mengatakan Kapisa telah stabil tetapi dua dari enam distriknya diperkirakan sebagian dikuasai gerilyawan. Keamanan di provinsi itu kini menjadi tanggung jawab 4.700 polisi dan tentara Afganistan, yang didukung 250 tentara AS.
Perancis bukanlah negara pertama yang mengakhiri misi tempurnya. Kanada melakukan tindakan seperti itu Juli 2011 dan Belanda beand Agutus 2010. AS menarik 33.000 tentara tambahan awal tahun ini, kendati masih memiliki 68.000 serdadu brtugas di Afganistan.
Perancis sendiri kehilangan 88 tentara di Afganistan.
Sumber :
ANT, AFP
Editor :
Kistyarini, KOMPAS.com
Sekitar 200 tentara dari resimen Infantri Belfort ke-25, bertanggung jawab mengawasi penarikan pasukan Perancis dari perang 11 tahun itu, tinggal landas sekitar pukul 14.30 waktu setempat (17.00 WIB), kata seorang pejabat bandara kepada AFP.
Mereka diperkirakan akan pulang ke Perancis 18 Desember setelah tiga hari berada di Pulau Siprus.
Keberangkatan mereka berarti Perancis masih memiliki sekitar 1.500 yang digelar di Afganistan, sebagian besar di Kabul. Mereka menurut rencana akan tinggal di negara itu sampai tahun 2013 untuk mengurus pemulangan peralatan dan melatih tentara Afganistan yang akan mengambil alih tanggung jawab keamanan.
Setelah itu, hanya beberapa ratus tentara Perancis yang terlibat dalam kerja sama atau misi pelatihan akan tetap berada di negara itu.
Pada puncak keterlibatannya, Perancis memiliki 4.000 tentara di Afganistan yang merupakan kontingen militer terbesar kelima dalam Pasukan Bantuan Keamaan Internasional (ISAF), di bawah Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Italia.
Perancis bergabung dengan koalisi NATO pada akhir tahun 2001 untuk membantu pemerintah baru menghadapi satu pemberontakan, yang dimulai setelah invasi pimpinan AS yang menggulingkan pemerintah Taliban awal tahun itu karena memberikan perlidungan kepada Osama bin Laden dan jaringan Al Qaieda, setelah Serangan 11 September 2001 di New York dan Washington.
Pada tahun 2007, Perancis memasuki provinsi strategis Kapisa, yang terletak di rute transit dari Kabul ke Pakistan, setelah Presiden Nicolas Sarkozy menyetujui satu permintaan AS untuk meningkatkan perang terhadap Taliban. Setelah itu terjadi satu perang berdarah yang meningkat terhadap gerilyawan dan kelompok-kelompok bersenjata.
Setelah serangan-serangan,terutama Januari ketika seorang tentara Afganistan menembak mati lima tentara Perancis, Sarkozy mengumumkan misi tempur di Kapisa dan distrik Surobi akan diakhiri tahun 2013.
Penggantinya, Francois Hollande mempercepat rencana itu menjadi akhir tahun 2012, semula untuk mendapat kecaman dari para pejabat AS, dan pasukan tempur terakhir Perancis meningalkan Kapisa dan kembali ke Kabul pada 20 November.
Serangan dalam kalangan pasukan sekutu meningkat tahun ini, dengan 61 tentara NATO dibunuh oleh personil pasukan keamanan Afganistan, yang meningkatkan saling tidak percya dalam perang melawan Taliban.
Serangan-serangan itu menyebabkan imbauan-imbauan di negara-negara Barat lainnya untuk mempercepat penarikan pasukan. Tetapi NATO menegaskan pihaknya akan tetap melaksanakan program yang telah disepakati bagi penarikan seluruh pasukan tempur pada akhir tahun 2014.
Para komandan Perancis dan Afganistan mengatakan Kapisa telah stabil tetapi dua dari enam distriknya diperkirakan sebagian dikuasai gerilyawan. Keamanan di provinsi itu kini menjadi tanggung jawab 4.700 polisi dan tentara Afganistan, yang didukung 250 tentara AS.
Perancis bukanlah negara pertama yang mengakhiri misi tempurnya. Kanada melakukan tindakan seperti itu Juli 2011 dan Belanda beand Agutus 2010. AS menarik 33.000 tentara tambahan awal tahun ini, kendati masih memiliki 68.000 serdadu brtugas di Afganistan.
Perancis sendiri kehilangan 88 tentara di Afganistan.
Sumber :
ANT, AFP
Editor :
Kistyarini, KOMPAS.com
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada. Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan dihapus atau terajring secara otomatis oleh spam filter